Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kubu Raya, Siswani, menjelaskan bahwa Gerakan Aksi Bergizi bertujuan mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya pola makan sehat dengan memanfaatkan bahan pangan bergizi yang mudah diakses dan terjangkau.
“Peserta Gerakan Aksi Bergizi ini sekitar 200 pelajar SMP dan SMA. Sedangkan aksi makan telur ditujukan khusus bagi balita stunting. Telur adalah protein hewani tinggi, mudah diperoleh, dan baik untuk tumbuh kembang anak,” jelas Siswani.
Peluncuran program ini didasari kondisi angka stunting di Kubu Raya yang masih tinggi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan, prevalensi stunting pada 2024 mencapai 30,2 persen, meningkat dari 25,4 persen pada 2023.
Pemerintah daerah menargetkan penurunan kembali ke angka 25 persen pada 2025, meski target nasional sebesar 15 persen masih terasa berat untuk dicapai.
“Naiknya angka stunting adalah masalah serius. Permasalahan ini terjadi merata di sembilan kecamatan. Karena itu, kami harap semua pihak terlibat, mulai dari pemerintah desa hingga organisasi masyarakat seperti Aisyiyah dan Muslimat NU,” ujarnya.
Sementara itu, program GESTUR difokuskan pada balita usia 6–23 bulan dengan memberikan satu butir telur per hari selama 90 hari penuh.
Kebijakan GESTUR ditetapkan melalui Surat Edaran Bupati Kubu Raya Nomor 1718 Tahun 2025. Program ini menjadi salah satu langkah strategis pemerintah daerah untuk mempercepat penurunan stunting dengan memanfaatkan ketersediaan telur sebagai sumber gizi utama.
Siswani optimistis program ini akan memberi dampak positif meski persoalan stunting berkaitan erat dengan pola makan dan pola asuh yang sudah lama terbentuk.
“Jika semua berjalan sesuai rencana, survei pada akhir 2025 bisa menunjukkan penurunan ke 25 persen. Penurunan sekecil apa pun akan kami anggap kemenangan,” pungkasnya.
(McKubuRaya/Ird)

Komentar
Posting Komentar