Begitu laporan kejadian diterima, jajaran TNI dan Polri dari Koramil 0806-04/Bendungan dan Polsek Bendungan langsung bergerak cepat menuju lokasi bencana. Mereka bergabung bersama petugas Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Trenggalek untuk mengevakuasi material longsor yang menutupi badan jalan. Aksi tanggap darurat tersebut dilakukan untuk memastikan akses transportasi warga segera kembali normal.
Tim gabungan bekerja tanpa kenal lelah meski kondisi hujan masih mengguyur lokasi. Dengan peralatan manual seperti cangkul dan sekop, petugas dibantu warga membersihkan material lumpur dan batu, sementara alat berat berupa excavator dari PUPR dikerahkan untuk mempercepat pembersihan. Kolaborasi lintas sektor ini menjadi bukti nyata sinergi kuat antara TNI, Polri, dan pemerintah daerah dalam menghadapi potensi bencana di wilayah rawan seperti Trenggalek bagian pegunungan.
Babinsa Desa Depok, Serma Siswanto, yang memimpin langsung upaya pembersihan di lapangan, menegaskan bahwa seluruh personel gabungan bekerja maksimal agar akses masyarakat segera terbuka kembali. “Kami bersama tim gabungan sejak pagi sudah melakukan pembersihan material longsor. Fokus kami adalah membuka jalan agar masyarakat bisa kembali beraktivitas dengan aman,” ujarnya saat dikonfirmasi di lokasi kejadian.
Serma Siswanto juga terus mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan longsor susulan. Ia menjelaskan bahwa secara geografis Kecamatan Bendungan memang berada di kawasan perbukitan yang rawan bencana, terutama saat curah hujan tinggi. “Kami terus mengingatkan warga agar tetap siaga. Jika hujan deras turun, lebih baik menjauh dulu dari lereng atau tebing yang rawan longsor,” pesannya.
Di sisi lain, Dandim 0806/Trenggalek Letkol Inf Isnanto Roy Saputro, S.H., M.Si., memberikan apresiasi terhadap kesigapan jajarannya. Ia menegaskan pentingnya kehadiran Babinsa sebagai ujung tombak satuan teritorial untuk mengetahui kondisi wilayah binaan masing-masing, terutama dalam menghadapi potensi bencana. “Babinsa harus selalu turun langsung ke lapangan, memantau situasi, dan segera bertindak jika ada kejadian seperti ini,” tegasnya.
Letkol Roy juga menekankan bahwa kesiapsiagaan bukan hanya soal respons cepat, tetapi juga bagian dari upaya pencegahan. Ia mendorong setiap desa untuk memiliki peta rawan bencana dan jalur evakuasi yang jelas, agar masyarakat dapat bertindak cepat saat menghadapi situasi darurat. “Kesiapan ini penting untuk meminimalkan korban dan kerugian ketika bencana datang,” tambahnya.
Sementara itu, Plt Kepala PUPR Trenggalek, Anjang Purwoko, yang juga berada di lokasi, mengatakan bahwa pihaknya telah menempatkan alat berat di beberapa titik strategis untuk mempercepat penanganan darurat. “Kami terus berkoordinasi dengan TNI dan Polri agar jalur transportasi masyarakat bisa segera kembali normal. Pembersihan akan dilanjutkan sampai semua material longsor benar-benar bersih dan aman dilalui,” ujarnya.
Hingga Selasa siang, proses pembersihan material longsor di Desa Depok masih berlangsung. Sebagian jalur sudah dapat dilalui kendaraan roda dua, namun tim gabungan tetap bersiaga di lokasi untuk mengantisipasi potensi longsor susulan. Warga desa terlihat ikut membantu dengan semangat gotong royong, mempercepat proses normalisasi akses jalan.
Peristiwa longsor ini menjadi pengingat bahwa kesiapsiagaan menghadapi bencana harus menjadi budaya bersama, terutama di wilayah dengan kontur pegunungan seperti Bendungan. Sinergi cepat antara TNI, Polri, PUPR, dan masyarakat terbukti menjadi kunci utama dalam mempercepat pemulihan pascabencana. Harapannya, semangat kolaboratif ini terus dijaga agar setiap potensi bencana dapat dihadapi dengan tanggap dan soliditas tinggi.


Komentar
Posting Komentar