MUSNAHKAN SAWIT ILEGAL DI TN.TESSO NILO, DANREM 031/WB TEGASKAN KOMITMEN LINDUNGI KAWASAN KONSERVASI

Gambar
PELALAWAN, SABTANEWS.COM — Dalam upaya mendukung pemulihan kawasan hutan konservasi, Danrem 031/Wira Bima Brigjen TNI Sugiyono melaksanakan kegiatan pemusnahan tanaman sawit ilegal sekaligus penanaman pohon kembali di kawasan Taman Nasional (TN) Tesso Nilo, Desa Segati, Kabupaten Pelalawan. (2/7). Danrem 031/WB didampingi oleh Kasi Intel Kasrem 031/WB, Letkol Cpn Fransiskus Hendra Gunawan dan Dantim Intel Korem 031/WB Mayor Kav Christopher Leonard Bessie, serta melibatkan sinergi lintas sektor mulai dari Balai TN. Tesso Nilo, aparat penegak hukum, pemerintah daerah, hingga unsur masyarakat peduli lingkungan menunjukkan komitmen nyata dalam menyelamatkan kawasan konservasi yang selama ini terancam akibat alih fungsi lahan secara ilegal. Pemusnahan ini merupakan bagian dari upaya strategis dalam memulihkan TN. Tesso Nilo sebagai kawasan hutan konservasi yang selama ini terancam akibat aktivitas perambahan dan penanaman sawit secara ilegal. Kegiatan ini dilanjutkan dengan penanaman pohon ...

Tradisi Megengan Jadi Momen Kebersamaan Menjelang Ramadan di Tuban


TUBAN, SABTANEWS.COM – Megengan merupakan tradisi turun-temurun yang masih lestari di berbagai daerah, khususnya di Jawa Timur, termasuk Kabupaten Tuban.

Menjelang bulan suci Ramadan, masyarakat menggelar doa bersama serta membagikan nasi berkat dan kue apem. Tradisi ini menjadi momen kebersamaan yang mempererat hubungan antarwarga.

Dina Susanti, warga Baturetno, Kecamatan Tuban, mengungkapkan bahwa setiap tahun ia bersama keluarganya selalu membuat berkat dan apem untuk dibagikan kepada tetangga. “Megengan ini bukan sekadar tradisi, tapi juga bentuk kebersamaan. Kami biasanya membuat makanan, termasuk apem, bersama keluarga, lalu membagikannya,” ujarnya, Sabtu (22/2/2025).

Sementara itu, Sumini, warga Kelurahan Mondokan, Tuban, juga mengaku selalu mengikuti megengan di musala dekat rumahnya. “Biasanya kami mengadakan doa bersama. Setelah itu, baru makan bersama dengan nasi berkat dan apem. Dengan begini, hati rasanya lebih tenang menyambut Ramadan,” katanya.

Sebagai sebuah tradisi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang, megengan mencerminkan nilai-nilai spiritual dan budaya yang terus dijaga oleh masyarakat. Kata megengan sendiri berarti “menahan,” yang dalam konteks ini mengajarkan pentingnya menahan diri dari sifat-sifat tercela, seperti kesombongan dan merasa paling benar. Makna ini sejalan dengan esensi puasa Ramadan yang menuntut kesabaran, pengendalian diri, serta introspeksi.

Secara sejarah, megengan merupakan hasil akulturasi budaya Jawa dan Islam yang diperkenalkan oleh Wali Songo. Melalui tradisi ini, ajaran Islam dapat diterima secara lebih mudah oleh masyarakat setempat, dengan tetap mempertahankan unsur-unsur budaya yang sudah mengakar. Salah satu contohnya adalah keberadaan kue apem dalam megengan, yang bukan sekadar hidangan pelengkap, tetapi juga memiliki filosofi tersendiri.

Kue apem berasal dari kata afwan dalam bahasa Arab, yang berarti maaf atau ampunan. Sebutan ini kemudian disesuaikan dengan lidah masyarakat Jawa, sehingga menjadi apem. Hidangan ini dihadirkan sebagai simbol permohonan maaf kepada sesama serta permohonan ampun kepada Allah SWT atas segala dosa yang telah diperbuat. Diharapkan, dengan memohon ampun sebelum Ramadan tiba, umat Muslim dapat menjalankan ibadah puasa dengan hati yang bersih dan lapang.

Mengutip dari situs resmi Media Informasi Pesantren Tebuireng, penyajian apem dalam megengan bertujuan agar masyarakat dapat mengambil hikmah dari maknanya. Oleh karena itu, tradisi megengan di berbagai daerah umumnya diawali dengan tahlil dan istigasah di masjid atau musala. Setelah itu, masyarakat akan menikmati hidangan berupa nasi berkat dan apem secara bersama-sama, mempererat rasa kebersamaan dan kekeluargaan.

Megengan biasanya digelar pada minggu terakhir bulan Syakban sebagai bentuk rasa syukur karena dipertemukan kembali dengan Ramadan. Selain berkumpul di masjid, masyarakat juga memiliki tradisi nyekar, yakni berziarah ke makam keluarga atau leluhur untuk mendoakan mereka. Setelah itu, makanan khas megengan, termasuk apem, akan dibagikan kepada tetangga sebagai wujud kebersamaan dan saling berbagi berkah.

Tradisi megengan yang masih lestari hingga kini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara budaya dan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan masyarakat Tuban. Lebih dari sekadar perayaan, megengan mengajarkan makna kebersamaan, introspeksi, dan kesiapan hati dalam menyambut bulan suci yang penuh berkah. (dadang bs/hei)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kasus Gantung Diri di RSJ Tampan Diduga Petugas Jaga Lalai Mengontrol CCTV

Ikut Meriahkan HBP ke-61, Sekda Rohul Hadir di Lapas Pasir Pangarayan

Kejati Riau Geledah Kantor Disdikbud Rohil, Usut Dugaan Korupsi DAK Rp40 Miliar