SURABAYA, SABTANEWS.COM – Dosen Ilmu Lingkungan Universitas Bojonegoro Laily Agustina melakukan penelitan pada anggrek Dendrobium Capra yang merupakan tumbuhan endemik langka dan berada di wilayah hutan Bojonegoro, Jawa Timur.
Laily Agustina menuturkan penelitian yang dilakukannya berawal dari “kekosongan jawaban” ketika Bojonegoro menyiapkan berkas Dossier Geopark untuk diajukan ke UNESCO Global Geopark (UGGp). Ia kemudian mulai mengumpulkan referensi ilmiah, satu demi satu, hingga akhirnya menemukan catatan keberadaan flora yang ternyata menjadi kebanggaan baru Bojonegoro. “Sekarang Bojonegoro jadi satu-satunya tempat tumbuhnya Dendrobium capra. Ada rasa bangga, tapi sekaligus beban, karena jumlahnya semakin menurun,” ujarnya seperti dalam siaran tertulisnya Pemkab Bojonegoro, Selasa (9/9/2025).
Bagi Laily, anggrek endemik ini lebih dari sekadar objek penelitian. Ia mengibaratkan Dendrobium capra sebagai perempuan Bojonegoro yang cantik, sederhana, tidak mencolok, namun tangguh bertahan di daerah kering. “Flora ini bisa menjadi simbol kebanggaan Bojonegoro. Tetapi kebanggaan itu harus dibarengi kesadaran untuk melindunginya.Tidak semua daerah punya hutan jati, dan belum tentu di semua hutan jati ada anggrek ini. Bojonegoro beruntung, maka sudah seharusnya kita jaga bersama,” tambahnya.
Ia mengajak masyarakat untuk mengagumi dari jauh, tanpa harus memiliki. Anggrek ini, menurutnya, bisa menjadi inspirasi seni Bojonegoro, misalnya dalam motif batik atau karya lukis tanpa harus dicabut dari habitatnya. Sosialisasi lintas generasi dan komunitas juga diperlukan, agar anggrek ini diakui dan dijaga bersama.
Laily menekankan pentingnya dukungan pemerintah daerah. Langkah yang bisa ditempuh antara lain menetapkan habitat Dendrobium capra sebagai kawasan lindung, mengangkatnya sebagai flora kebanggaan Bojonegoro, hingga mengembangkan program reintroduksi untuk memperluas habitatnya.
“Kalau kita bisa menjaga flora ini, Bojonegoro tidak hanya dikenal sebagai daerah migas atau kayu jati. Kita juga punya identitas lain yaitu rumah bagi flora langka dunia. Itu kebanggaan yang tidak ternilai,” pungkasnya.
Anggrek Dendrobium capra memiliki pesona yang khas. Batangnya tegap dan panjang hingga 40 cm, dengan daun hijau kusam berbentuk bundar telur memanjang. Bunganya kecil, berdiameter 2,5–3 cm, namun menawan dengan warna hijau kekuningan berpadu garis ungu di bagian bibir. Tumbuh menempel pada batang jati tua berusia lebih dari 50 tahun, keindahan anggrek ini seakan bersembunyi di balik kerindangan hutan.
Namun di balik kecantikannya, Dendrobium capra menyimpan kerentanan. Bunga ini hanya mekar sekali dalam setahun, pada Februari, sehingga laju reproduksinya lambat. Ditambah habitatnya yang sangat spesifik, membuat spesies ini semakin mudah punah. Ironisnya, pohon jati berusia lebih dari 50 tahun yang merupakan tempat anggrek ini hidup, sering kali ditebang karena sudah masuk masa panen. (MC Prov Jatim /yan-hjr)

Komentar
Posting Komentar