PEKANBARU, SABTANEWS.COM — ORMAWA dan UKM Fakultas Hukum Universitas Islam Riau (FH UIR) memberangkatkan 11 orang relawan dalam misi kemanusiaan menuju Sumatera Barat dan Sumatera Utara (Tapanuli Selatan). Kegiatan ini merupakan wujud nyata kepedulian mahasiswa Fakultas Hukum UIR terhadap masyarakat terdampak bencana alam di kedua wilayah tersebut. Keberangkatan relawan dilaksanakan pada Minggu, 14 Desember, dengan titik kumpul di Kantor DT Peduli Riau, Pekanbaru. Para relawan akan menjalankan misi kemanusiaan selama 14–16 Desember, bekerja sama dengan DT Peduli Riau sebagai mitra pendamping di lapangan. Misi kemanusiaan ini diinisiasi oleh ORMAWA dan UKM FH UIR serta mendapat dukungan penuh dari Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum UIR (BEM FH UIR) sebagai bentuk sinergi kelembagaan dalam aksi kemanusiaan. Kegiatan ini juga mendapat dukungan langsung dari Dekan Fakultas Hukum UIR, Associate Professor Dr. Rosyidi Hamzah, S.H., M.H., beserta jajaran Wakil Dekan, sebagai wujud komitm...
PEKANBARU, SABTANEWS.COM – Setiap tanggal 1 Mei, dunia memperingati Hari Buruh atau May Day sebagai bentuk penghormatan terhadap kontribusi besar para pekerja dalam membangun bangsa. Namun, peringatan ini justru menyisakan ironi bagi sebagian buruh di Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang masih mengalami kesenjangan perlindungan tenaga kerja.
Meski pemerintah menetapkan 1 Mei sebagai hari libur nasional, realitanya masih banyak buruh yang tetap bekerja. Bukan karena loyalitas semata, melainkan karena ketakutan: jika mereka libur, maka gaji atau honor mereka otomatis dipotong. Bagi buruh harian lepas atau pekerja informal, satu hari tanpa penghasilan bisa berdampak besar pada kebutuhan hidup keluarga.
"Bayangkan saja, satu hari libur berarti satu hari tanpa pemasukan. Padahal kondisi ekonomi di banyak daerah sedang sulit, bahkan mengalami defisit atau efisiensi," ujar Rahmat Handayani, Ketua Forum Pemimpin Redaksi (FPR) Riau, dalam keterangannya, Kamis (01/05/25).
Rahmat menyoroti ketimpangan yang terjadi di Hari Buruh. Ia menilai bahwa semestinya hari tersebut menjadi momen bahagia dan penuh penghargaan, bukan justru menjadi hari penuh kekhawatiran.
"Ini adalah hari mereka, Hari Buruh. Seharusnya bisa dirayakan dengan suka cita, bukan malah dipaksa tetap bekerja karena takut kehilangan upah," tegas Rahmat.
Ia pun mendesak pemerintah pusat maupun daerah serta DPR/DPRD untuk benar-benar mendengar suara para buruh dan memperjuangkan hak mereka. Salah satu tuntutannya adalah agar perusahaan tidak lagi memotong gaji atau honor buruh yang memilih libur di Hari Buruh.
"Pemimpin negeri, terutama di Provinsi Riau, harus mendengar jeritan para buruh. Tekankan kepada para pengusaha dan perusahaan untuk tidak semena-mena memotong penghasilan pekerja yang libur di Hari Buruh," tegasnya lagi.
Sebagai Ketua FPR Riau, Rahmat menyatakan komitmennya untuk terus menyuarakan hak-hak buruh agar keadilan dan kesejahteraan benar-benar terwujud, bukan hanya menjadi slogan tahunan semata.**
Rahmat Handayani
Ketua Forum Pemimpin Redaksi (FPR) Riau

Komentar
Posting Komentar