SABTANEWS COM - PEKANBARU - Sudah 79 tahun Indonesia Mardeka, namun kerusakan lingkungan masih saja terjadi hingga kini dan masih membelenggu Indonesia. hal ini disampaikan Koordinator Pusat Koordinasi Nasional Mapala Tingkat Perguruan Tinggi (PKNMTPT) Se-Indonesia kepada media.
Menurutya ada beberapa masalah linkungan terbesar di tahun 2024 ini, mulai dari pemanasan global penggunaan bahan bakar fosil dan meningkatnya emisi gas rumah kaca telah menyebabkan peningkatan suhu global yang cepat dan terus-menerus dan naik di atas 20C untuk pertama kalinya.
Di Indonesia dengan banyaknya ekspolitasi terhadap sumber daya alam telah memperparah kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia dan menurut hasil riset Forest Global Watch-World Resources Institute (FGW-WRI) Indonesia telah kehilangan hutan primer sebesar 292.000 hektar pada tahun 2023 dan menambah Indonesia terus kehilangan hutan trtopisnya dan juga Menurut laporan GFW-WRI, Indonesia setidaknya memiliki 93,8 juta hektar hutan primer pada 2021, terangnya.
Namun tambah Vivaldi Emri, sepanjang periode 2002-2023, Indonesia kehilangan sekitar 10,5 juta hektar hutan primer basah atau 35 persen dari total kehilangan tutupan pohon. Dimana Provinsi-provinsi dengan kerusakan hutan terparah pada periode itu ialah Riau (kehilangan 4,2 juta hektar hutan primer), Kalimantan Barat (4,04 juta hektar), Kalimantan Timur (3,79 juta hektar), Kalimantan Tengah (3,74 juta hektar), dan Sumatera Selatan (3,17 juta hektar).
Dengan masih tingginya kerusakan lingkungan yang terus terjadi di Indonesia secara-terus menerus, maka akan dikhawatirkan hilangnya satwa-satwa langka dan bencana yang sering terjadi akhir-akhir ini diberbagai daerah Indonesia dan terbaru adalah daerah Sumatera Barat yang mengalami banjir bandang parah akibat dari eksploitasi hutan yang marak terjadi di Sumatera Barat dan telah berakibat hilngnya nyawa dan aset mencapai miliaran Rupiah, Maka dari it, Vivaldi menegaskan di hari lingkungan sedunia ini diharapkan komitmen dan Menyusun rancangan strategis yang nyata dan bukan formalitas saja demi terwujudnya lingkungan yang memiliki tata Kelola yang baik dan dapat mengembalikan fungsi hutan dan mengakaji Kembali proyek-proyek eksplorasi hutan yang saat ini juga abai dalam proses reklamasi seperti pada tambang-tambang batu bara yang saat ini tidak jelas penata kelolaanya dan banyak terjadi pada daerah Kalimantan dan Sumatera yang telah menambah komplesksitas kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia.
selain itu kata vivaldi, terkhusus Provinsi Riau. dirinya berharap kedepanya semua elemen dapat menjaga lingkungan.
" Seperti yang utama sampah yang ada di tempat kita dan juga merawat pepohonan yang tumbuh di sekitar tempat tinggal kita, jaga alam,jaga lingkungan di Provinsi Riau" pintanya. (RED)
Advertisement