SABTANEWS COM - BEKASI - Semangat kolaborasi dan refleksi kebangsaan mewarnai gelaran Panggung Mahasiswa yang berlangsung di Gedung Serbaguna Istanaku, Bekasi, Minggu (19/10). Acara yang digagas oleh Aliansi Mahasiswa Indonesia (AMI) bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama Se-Nusantara (BEM PTNU Se-Nusantara) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Kristiani Seluruh Indonesia (BEM KSI) ini mengusung tema besar “Satu Tahun Kepemimpinan Prabowo–Gibran: Aksi Nyata Menuju Indonesia Maju.” Acara dimulai pukul 13.00 WIB dengan pembukaan oleh MC Ayu Baitillah, S.Kom, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan sambutan dari Ketua Pelaksana Jeremi Sianturi. Suasana penuh semangat kebersamaan terasa sejak awal acara, di mana ratusan mahasiswa dari berbagai kampus hadir memadati ruangan. Sebagai pembuka, peserta disuguhkan nonton bareng film dokumenter yang menampilkan potret capaian pemerintah Indonesia sepanjang satu tahun terakhir. Tay...
SABTANEWS COM - BEKASI - Semangat kolaborasi dan refleksi kebangsaan mewarnai gelaran Panggung Mahasiswa yang berlangsung di Gedung Serbaguna Istanaku, Bekasi, Minggu (19/10). Acara yang digagas oleh Aliansi Mahasiswa Indonesia (AMI) bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama Se-Nusantara (BEM PTNU Se-Nusantara) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Kristiani Seluruh Indonesia (BEM KSI) ini mengusung tema besar “Satu Tahun Kepemimpinan Prabowo–Gibran: Aksi Nyata Menuju Indonesia Maju.”
Acara dimulai pukul 13.00 WIB dengan pembukaan oleh MC Ayu Baitillah, S.Kom, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan sambutan dari Ketua Pelaksana Jeremi Sianturi. Suasana penuh semangat kebersamaan terasa sejak awal acara, di mana ratusan mahasiswa dari berbagai kampus hadir memadati ruangan.
Sebagai pembuka, peserta disuguhkan nonton bareng film dokumenter yang menampilkan potret capaian pemerintah Indonesia sepanjang satu tahun terakhir. Tayangan tersebut menjadi pengantar menuju acara utama, yaitu Talk Show Mahasiswa Nasional yang menghadirkan tiga narasumber dari lintas organisasi dan latar keagamaan.
Ketua Pelaksana Jeremi Sianturi yang menekankan pentingnya peran mahasiswa sebagai mitra kritis pemerintah khususnya dalam merefleksikan satu tahun kepemimpinan Prabowo-Gibran.
“Panggung Mahasiswa ini bukan sekadar forum seremonial. Ini ruang dialog, ruang belajar bersama, di mana mahasiswa dari berbagai latar belakang bisa berdiskusi secara terbuka tentang arah bangsa. Kita ingin menunjukkan bahwa mahasiswa sebagai mitra kritis pemerintah dalam hal ini merefleksikan pemerintahan Prabowo-Gibran dalam satu tahun,” ujar Jeremi Sianturi dalam sambutannya.
Usai pembukaan, peserta diajak menyaksikan film dokumenter produksi tim multimedia AMI yang menggambarkan perjalanan satu tahun terakhir pemerintahan Prabowo–Gibran. Film berdurasi 40 menit tersebut menampilkan potret capaian pemerintah.
Bagian utama acara adalah Talk Show Mahasiswa Nasional yang dimoderatori oleh Syifa NQL, S.K.M. Sesi ini menjadi magnet utama acara dengan menghadirkan tiga narasumber lintas organisasi dan latar belakang, yakni Achmad Baha’ur Rifqi, Charles Gilbert, dan Mega Sayillah.
Achmad Baha’ur Rifqi: Menjaga Etika dan Tradisi Intelektual Mahasiswa
Narasumber pertama, Achmad Baha’ur Rifqi, Presidium Nasional BEM PTNU Se-Nusantara, mengangkat topik “Meneguhkan Etika Kepemimpinan dan Tradisi Intelektual Mahasiswa dalam Mengawal Pemerintahan Nasional.” Dalam paparannya, ia menegaskan bahwa mahasiswa tidak boleh kehilangan adab dalam kritik.
“Kritik tanpa etika akan kehilangan nilai. Tapi etika tanpa kritik akan kehilangan nyawa,” ujar Baha’ur Rifqi yang disambut tepuk tangan hadirin.
Ia melanjutkan, “Mahasiswa harus mencontoh nilai-nilai ahlussunnah wal jama’ah—yakni bersikap tawassuth (moderat), tawazun (seimbang), dan tasamuh (toleran)—dalam menyampaikan pandangan terhadap kebijakan pemerintah. Tradisi intelektual kita menuntut cara berpikir kritis, namun tetap dengan adab dan tanggung jawab moral.”
Baha juga menyoroti pentingnya sinergi antara mahasiswa dan pemerintah dalam menjaga moral publik.
“Tugas kita bukan hanya mengawasi, tapi juga menjadi mitra moral. Kita bantu negara ini berjalan di rel keadilan sosial,” tuturnya.
Sementara itu, Charles Gilbert, Koordinator Pusat BEM Kristiani Seluruh Indonesia (BEM KSI), membawakan tema “Kolaborasi dalam Keberagaman: Mahasiswa sebagai Perekat Kebangsaan di Era Kepemimpinan Baru.”
“Kita hidup di negara dengan keragaman yang luar biasa. Di era kepemimpinan Prabowo–Gibran, mahasiswa memiliki peran strategis sebagai jembatan harmoni sosial,” tegas Charles.
Ia menambahkan, “Kolaborasi lintas iman seperti acara ini adalah bukti bahwa perbedaan bukan alasan untuk berjarak. Justru dari keberagaman inilah muncul kekuatan moral untuk mengawal kebijakan publik yang inklusif dan berkeadilan.”
Charles juga mengajak mahasiswa untuk terus mengembangkan dialog lintas kampus dan lintas komunitas sebagai bagian dari pengawalan terhadap pemerintahan baru.
“Kita harus menjadi mitra konstruktif bukan sekadar oposisi emosional. Indonesia membutuhkan suara mahasiswa yang jernih dan membangun,” pungkasnya.
Narasumber ketiga, Mega Sayillah, Presiden Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia, menyoroti tantangan moral mahasiswa di tengah perubahan politik nasional. Dalam topiknya “Refleksi Kepemimpinan Nasional dan Tantangan Moral Mahasiswa di Era Prabowo–Gibran,” Mega mengajak mahasiswa untuk tetap menjunjung idealisme di tengah arus pragmatisme.
“Kepemimpinan nasional saat ini sedang diuji oleh ekspektasi publik yang tinggi. Mahasiswa harus hadir sebagai cermin nurani bangsa. Jangan hanya reaktif terhadap kebijakan, tapi jadilah solutif,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Kita perlu membangun budaya intelektual yang berbasis data dan analisis, bukan sekadar retorika. Mahasiswa adalah jembatan antara dunia akademik dan masyarakat—suara kita harus menjadi penyeimbang bagi kebijakan publik.”
Mega juga menyoroti pentingnya moralitas dalam politik kampus dan nasional.
“Kritik kita harus lahir dari hati yang bersih dan niat yang tulus untuk memperbaiki, bukan untuk menjatuhkan,” katanya menutup sesi.
Selepas sesi diskusi, suasana berubah menjadi lebih reflektif dengan pembacaan Puisi pertama yang bertema Kebangsaan oleh Gangga Listiawan, Bendahara Umum BEM PTNU Se-Nusantara. Puisinya yang berjudul “Aku Bangga Jadi Indonesia” menggugah emosi peserta, mengingatkan bahwa perjuangan mahasiswa bukan hanya lewat aksi, tapi juga lewat karya dan refleksi.
Selain itu puisi kedua dibawakan oleh Nurul Endah yang berjudul “Jangan Runtuh oleh Bangsa Sendiri” karya Rachmad Setiadi yang menngingatkan perpecahan dapat merusak persatuan bangsa.
Menjelang penutupan, suasana menjadi lebih cair dan hangat lewat Festival Musik oleh Demind Band yang menampilkan lagu-lagu bertema nasionalisme menjadi penutup manis dari hari penuh inspirasi dan kebersamaan itu.
Acara berakhir dengan doa bersama pada pukul 16.30 WIB, sebagai simbol harapan agar mahasiswa Indonesia terus menjadi kekuatan moral bangsa.
“Hari ini kita membuktikan bahwa mahasiswa Indonesia bisa bersatu dalam perbedaan, bisa berdialog tanpa saling menjatuhkan, dan bisa berkolaborasi tanpa kehilangan kritisisme,” ujar Ayu Baitillah, MC acara, menutup kegiatan dengan penuh optimisme.
Melalui Panggung Mahasiswa 2025, generasi muda menunjukkan bahwa semangat kebangsaan dan moralitas intelektual masih menjadi fondasi utama gerakan mahasiswa. Acara ini bukan hanya simbol kolaborasi lintas iman, tetapi juga menjadi ruang baru bagi mahasiswa untuk meneguhkan posisi mereka sebagai mitra kritis dan konstruktif bagi pemerintah.
Komentar
Posting Komentar